Senin, 22 Juni 2009

Tanggung Jawab

Melatih Tanggung Jawab
Posted on Juni 22, 2009 by Safril
Melatih Tanggung Jawab
Tanggung jawab dapat diartikan dengan “bertindak tepat tanpa perlu diperingatkan.” Sedangkan bertanggung jawab merupakan sikap tidak tergantung dan kepekaan terhadap perasaan orang lain. Sifat dapat diserahi tanggung jawab seseorang akan terlihat pada cara ia bertindak dalam keadaan darurat dan cara ia melakukan pekerjaan rutin-nya. Sebenarnya itu tidak merupakan sifat tetapi sikap yang telah men-cakup sifat memperhatikan, ketelitian, kecakapan, dan Iain-lain. Umumnya sifat demikian tidak diturunkan dari orang tua melainkan sesuatu yang dapat dilatih.
Jelasnya, pengertian tanggung jawab di sini adalah kesadaran yang ada dalam diri seseorang bahwa setiap tindakannya akan mempunyai pengaruh bagi orang lain maupun bagi dirinya sendiri. Karena menyadari bahwa tindakannya itu berpengaruh terhadap orang lain ataupun diri sendiri, maka ia akan berusaha agar tindakan-tindakannya hanya memberi pengaruh positif saja terhadap orang lain dari diri sendiri dan menghindari tindakan-tindakan yang dapat merugikan orang lain ataupun diri sendiri. Dalam keadaan yang kepentingan diri sendiri harus dipertentangkan dengan kepentingan orang lain, maka seorang yang bertanggung jawab akan berusaha memenuhi kepentingan orang lain terlebih dalu.
Sebenarnya kemampuan anak tidak hanya berkembang secara fisik, sebab secara psikologis pun setiap anak akan memperkembangkan rasa tanggung jawab seiring dengan perkembangan emosi dan sosialnya. Makin besar anak, rasa tanggung jawabnya terhadap lingkungan sekitar pun semakin berkembang. Namun, tentu saja semuanya mem-butuhkan rangsangan, agar potensi yang telah ada berkembang sesuai dengan apa yang diharapkan. Caranya adalah dengan memberi banyak latihan dan bimbingan yang membutuhkan banyak kesabaran.
Salah satu ciri dari perkembangan emosi dan sosial pada anak adalah adanya rasa tanggung jawab yang lebih besar. Berkembangnya rasa tanggung jawab ini ditandai dengan usaha serta jerih payah anak untuk melakukan segala sesuatunya dengan baik dan benar. Setiap langkah serta sikap yang mereka ambil hampir dipastikan selalu telah melalui perhitungan yang masak. Semua ini mereka lakukan dalam usaha untuk mewujudkan citra diri yang baik guna memenuhi harapan-harapan orang tua terhadap mereka.
Menanamkan rasa tanggung jawab sebaiknya dilakukan dengan memberi contoh konkrit. Kalau orang tua seenaknya membuang pun-tung rokok atau kulit pisang sembarangan, segala nasihat atau anjuran tidak akan ada hasilnya. Orang tua ada-lah cermin bagi anak-anak dan contoh yang paling dekat untuk ditiru.
Dari sikap dan tingkah laku orang tua, anak secara berangsur-angsur belajar untuk menjadi orang yang bertanggung jawab. Ini berarti anak perlu belajar bahwa apa yang dilakukannya itu mempunyai konsekuensi yang sesuai maupun tidak. Misalnya, anak makan lambat sehingga terlambat datang ke sekolah. Dan kemudian orang tua sengaja tidak menyuruhnya cepat-cepat menghabiskan makanannya serta mem-biarkan ia dimarahi guru atas keterlambatannya itu. Apa yang dilakukan orang tua ini sudah merupakan salah satu cara untuk menga-jarkan anak bertanggung jawab terhadap tingkah lakunya.
Menjadi orang tua, memang dituntut suatu sikap serta tanggung jawab yang besar juga. Dalam usahanya untuk menjadi tokoh yang dikagumi, sehingga anak-anak meniru mereka, ia tidak hanya meniru apa yang dilihatnya, ia juga mengambil alih perasaan-perasaan orang tua dan mengidentifikasikan diri dengan mereka. Sikap orang tua ini akan meresap dalam kalbu anak dan anggota keluarga yang lain. Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang mengutamakan gotong-royong untuk kepentingan bersama nanti akan menunjukkan sikap bertanggung jawab terhadap keluarga dan lingkungannya.
Kebanyakan anak ingin melakukan sesuatu dengan benar. Di sam-ping itu mereka juga ingin melakukan sesuatu untuk orang lain. Tetapi, sikap tidak percaya yang ditampilkan orang tua atau orang dewasa lain-nya dengan sekejap dapat mematahkan semua keinginan anak tersebut.
Pada hakikatnya kepercayaan orang tua merupakan sumber keper-cayaan diri anak. Jadi, apabila orang tua percaya pada usaha anak dan bahwa anak bisa menampilkan sesuatu sebagaimana yang diharapkan, maka anak pun akan menyelesaikan tanggung jawabnya dengan baik. Namun, bila anak merasa bahwa orang tua mereka tidak memper-cayainya, anak akan merasa terombang-ambing. la tidak akan memiliki rasa percaya diri bahwa ia akan dapat menyelesaikannya dengan baik. Ini pula yang membuat anak seperti tidak bertanggung jawab terhadap tingkah lakunya.
Di dalam berbagai hubungan, orang tua tidak patut menuntut terlalu banyak dari anak. Tidak patut menganggap si anak sebagai orang dewasa, yang sudah patut menerima tanggung jawab yang lebih besar. Betapapun, si anak harus diperlakukan sebagai anak sesuai dengan kesanggupannya, menyesuaikan tanggung jawab itu sesuai dengan usia dan kemampuan fisik dan mentalnya. >n~:i~ bnf
Acap kali orang tua salah memberi tanggung jawab kepada anak di rumah, tanpa memikirkan akibat-akibat yang mungkin timbul, mereka memaksakan si anak melakukan tugas yang sebenarnya belum dapa; diselesaikannya. Hal seperti ini membuat si anak merasa kuatir tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Kekuatiran semacam ini dapat membahayakan perkembangan kepribadian anak.
Kita seyogianya menyadari, bahwa setiap anak dalam suatu keluarga merupakan pribadi-pribadi unik. Masing-masing berbeda secara individual, baik dalam perkembangan maupun kepribadiannya. Oleh sebab itu jenis tugas yang sama belum tentu dapat diselesaikan dengan hasil yang sama baiknya oleh setiap anak. Misalnya saja, saat Elis berusia 5 tahun ia telah mampu rserapikan tempat tidurnya sendiri, suatu prestasi yang belum dapat dicapai saudara-saudaranya sampai beberapa waktu kemudian. Tidaklah bijaksana untuk membanding-bandingkan kemampuan anak yang satu dengan yang lain dalam keluarga. Usia bukanlah satu-satunya faktor yang dapat dijadikan bahan perbandingan. Ada faktor lain yang menunjang kemampur i mereka untuk dapat menyelesaikan suatu tugas tertentu, misalnya faktor ketelitian. Namun secara umum, tahapan usia tetap dapat dipakai sebagai patokan dasar.
Anak yang biasa dihadapkan pada keadaan yang penuh tantangan akan memperoleh kepercayaan diri yang lebih besar. Di samping itu ia akan lebih berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam tugas-tugas rutin kehidupan keluarganya maupun sekolah. Dengan memberi kesempatan pada anak untuk ikut bertanggung jawab berarti secara tidak langsung orang tua mengatakan pada anak, “Ayah percaya kepadamu” atau “Ibu percaya kamu akan mengambil keputusan yang benar.”
Rasa tanggung jawab bukanlah hal yang dapat diletakkan pada seseorang dari luar. Rasa tanggung jawab tumbuh dari dalam, men-dapatkan pemupukan dan pengarahan dari nilai-nilai yang kita hirur dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Rasa tanggung jawab yang tid- . bertumpu pada nilai-nilai positif, dapat berubah menjadi sesuatu yang asosial dan destruktif
Berbicara mengenai tanggung jawab ini, Dr. Haim G. Ginott, dalam bukunya “Between Parent and Child” berpendapat, rasa tanggung jawab sejati harus bersumber pada nilai-nilai asasi kemanusian: hormat kepada hidup sesama manusia, kebebasan, dan pencarian kebahagiaan. Namun kita jarang melihat masalah tanggungg jawab dalam kerangka yang lebih luas itu. Kita cenderung untuk melihat rasa tanggung jawab dari segi-segi yang kongkret: kamar anak bersih atau tidak; anak sering terlambat datang ke sekolah atau tidak; bagaimana dengan pekerjaan rumahnya; bagaimana dengan latihan tarinya; tingkah lakunya sopan atau tidak dan sebagainya.
Sesungguhnya, sebagaimana sering dikatakan para ahli, bahwa anak harus belajar bertanggung jawab atas empat hal. Mainannya, pakaiannya, binatang peliharaannya dan yang terpenting dirinya sendiri. Sebaiknya tanggung jawab diajarkan sedini mungkin. Karena makin terlambat tanggung jawab diajarkan, makin sulitlah baginya kelak untuk memikul tanggung jawab itu. Dan, orang tualah tokoh yang paling bertanggung jawab dalam hal menanamkan rasa tanggung jawab pada anak.
Sumber buku Komunikasi Orang Tua dan Anak Karya Alex Sobur

Tidak ada komentar: