Senin, 22 Juni 2009

Rasa Ingin Tahu

Makna Pertanyaan dan Rasa Ingin Tahu
Posted on Juni 22, 2009 by Safril
Makna Pertanyaan dan Rasa Ingin Tahu
Semenjak dilahirkan, manusia memang merupakan makhluk yang selalu ingin tahu. Dalam diri setiap insan akan timbul rasa puas apabila mereka dapat menyelidiki hal-hal yang menggugah rasa ingin tahu mereka. Selama keinginan itu tidak dicegah oleh pihak luar, maka sepanjang hidupnya rasa ingin menyelidiki ini akan senantiasa ada dalam dirinya. Dengan demikian berarti ia mempunyai kemungkinan untuk mengembangkan minatnya secara luas.
“Apa itu?” “Kenapa?” atau “Di mana?” merupakan bentuk per-tanyaan yang kerap kali keluar dari mulut anak-anak yang mulai pandai , jerbicara dan bertanya mengenai segala sesuatu yang dialaminya dalam kontaknya dengan dunia sekitarnya.
Bagi anak-anak, dunia ini sesungguhnya penuh dengan hal-hal yang luar biasa, aneh bahkan misterius. Oleh sebab itu mereka suka mencari tahu dengan meraba atau sekurang-kurangnya dengan bertanya sekitar ‘apa dan mengapa segala sesuatu itu.’
“Ibu, mengapa lampu itu menyala?” Nah, kalau seorang anak kecil sudah mulai bertanya-tanya semacam itu, artinya rasa ingin tahunya sudah mulai tampak. Pertanyaan-pertanyaan itu sering kali penuh humor yang segar, yang tak jarang menjadi sumber kemeriahan suatu keluarga. Namun, betapapun juga, tidak selamanya kita sebagai orang tua berhasil untuk menjawab dan mengolah pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Lantas bagaimana jawabannya? Haruskah diberikan jawaban yang tepat? atau cukup “dibohongin” saja?
Sudah tentu kita harus menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan jujur. Tidak baik bila anak-anak begitu saja dijejali kebohongan. Kasihan bagi pertumbuhan si anak.
Pada umumnya orang tua sering kali merasa kewalahan menghadapi pertanyaan anak-anak mereka. Bahkan ada yang bingung dalam menjawab pertanyaan yang kadang-kadang terlampau sulit untuk dijelaskan kepada anak-anak. Sebetulnya hal itu adalah mudah, karena dasar pertanyaan anak-anak itu, tidak lebih daripada ungkapan rasa ingin tahu terhadap dunia sekitarnya.
Pertanyaan, menurut Prof. Dr. Musthafa Fahmi, adalah usaha un-ak memperjelas sesuatu yang samar dalam salah satu lapangan hidup nak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pertanyaan adalah cara rang digunakan anak untuk minta tolong kepada orang dewasa ketika nenghadapi kesukaran dalam suatu keadaan. Setiap pertanyaan yang liajukan anak, mempunyai fungsi psikologis penting dengan tiga segi:
angkapan, pengetahuan dan proses perilaku.
Yang dimaksud dengan segi ungkapan ialah bahwa pertanyaan se-
ring kali merupakan ungkapan tentang kebutuhan jiwa yang dirasakan
anak, mungkin si anak menghadapi persoalana emosi, ia berusaha
mengungkapkannya dalam bentuk pertanyaan.
Suatu jawaban terhadap pertanyaan anak, yang sesuai dengan umurnya dan tingkat pengertiannya, merupakan faktor penting yang menolong anak untuk berkembang; karena pertanyaan merupakan cara, yang melalui pertanyaan tersebut anak berusaha untuk memahami pekerjaan sebagai pendahuluan untuk dapat berhubungan dengannya. Jika perhatian anak tertuju kepada suatu objek, maka ia akan menanyakannya.
Anglo Betray menamakan keinginan untuk mengajukan pertanyaan itu dengan “kelaparan mental”, dan ia berpendapat bahwa perumusan lapar itu perlu, sehingga anak dapat menemukan jawaban atas per-tanyaannya, maka orang tua hams mengetahui sifat pertanyaan keji-waan itu, sehingga mereka dapat memberikan jawaban yang memungkinkan si anak tumbuh dengan baik.
Yang patut disayangkan, orang tua kadang-kadang menghadapi pertanyaan anak secara tidak serius, terkadang pula keadaan mereka memaksa untuk meremehkan jawaban terhadap pertanyaan anak, atau menjawabnya dengan hambar, akibatnya maka kebutuhan akan pengenalan tidak dapat terpenuhi.
Rasa ingin tahu seorang anak, selain tecermin dalam tingkah lakunya yang serba ingin mencoba-coba, juga terlihat dari serentetan pertanyaan-pertanyaan. Nan, menghadapi ini orang tua seyogianya ber-sikap tanggap dan telaten. Berikanlah jawaban-jawaban yang sederhana dengan penjelasan yang sesuai dengan tingkatan cara berpikirnya. Janganlah memberikan informasi terlalu banyak secara sekaligus. Oleh karena ada kemungkinan orang tua akan terseret dalam debat kusir yang sengit, sebab di usia ini pun kemampuannya untuk berkelit dan beroposisi sudah tumbuh.
Selanjutnya anak-anak usia pra sekolah ini mungkin bertanya, mengapa bulan tampaknya berjalan mengikuti kita kalau kita sering bepergian naik kendaraan. Katakanlah bahwa bulan itu demikian tinggi letaknya dan sangat jauh dari kita, sehingga ke mana pun kita pergi ia pasti akan terlihat.
Memang tidak jarang pertanyaan-pertanyaan itu menuntut orang tua untuk berpikir. Namun, itulah satu-satunya cara untuk memuaskan rasa ingin tahu si anak.
Sejak usia dini anak-anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar, Mereka senang memperhatikan hal-hal yang baru dan menyukai sesuatu yang berbau misteri. Kebiasaan anak untuk mengetahui kejadian yang berlangsung di sekitarnya merupakan hal yang wajar, dan rasa ingin tahu ini merupakan dasar dari timbulnya kemampuan untuk berpikir serta semangat untuk belajar.
Guna mengetahui berbagai pertanyaan yang lebih mendalam dan juga macam-macam teori mengenai kehidupan, anak membutuhkan waktu yang tidak terbatas serta kebebasan pribadi. Satu-satunya cara terbaik yang dapat dilakukan orang tua adalah mendengarkari anak dengan penuh penghargaan dan tanpa selalu menunjukkan sikap meng-gurui.
Sebetulnya bukan cuma rasa ingin tahu yang menyebabkan anak-anak sering mengajukan berbagai pertanyaan. Tetapi ada hal lain yang mendasari tingkah lakunya. Anak-anak melakukan itu terutama untuk belajar membedak’an antara suatu kenyataan dengan khayalan. Misalnya pada usia 2-3 tahun, anak-anak masih sering mencampuraduk-kan antara keduanya.
Karena pengalaman yang terbatas, keterangan yarrg berlebihan dari orang tua kerap kali menjadi tidak berarti atau bahkan membuat si kecil bingung. Oleh karena itu kita sebagai orang tua dapat memuaskan rasa ingin tahunya itu dengan memberinya keterangan yang sederhana dan jelas. Keterangan yang mendetil atau tidak lengkap akan membuatnya merasa tidak puas. Dengan mengingat ini semua kita dapat memahami apa yang akan dialami oleh anak-anak kita ketika mereka sedang berusaha memahami dunia sekelilingnya
Sumber buku Komunikasi Orang Tua dan Anak Karya Alex Sobur

Tidak ada komentar: