Senin, 22 Juni 2009

Jika Anak Suka Mencuri

JIKA ANAK SUKA MENCURI
Posted on Juni 22, 2009 by Safril

JIKA ANAK SUKA MENCURI
Kadang-kadang orang tua merasa terkejut dan bingung sewaktu pertama kali mengetahui anaknya mencuri. Orang tua lantas mungkin berpikir bahwa ini merupakan hal yang wajar dalam perkembangan anak. Anggapan ini tentu saja tidak benar. Meskipun banyak anak mencuri tak berarti itu merupakan bagian dari perkembangan anak. Jadi, sekecil apa pun pencurian yang dilakukan anak, orang tua harus melarang dan menghentikannya.
Barangkali, suatu waktu mencuri merupakan masalah dalam keluarga. Boleh dikata hal ini kerap kali terjadi, terutama dalam keluarga yang memiliki anak berusia empat sampai tujuh tahun. Pada usia ini anak cenderung untuk mengambil apa yang bukan haknya. Sebelum kita menemukan cara untuk memecahkannya, seringkali kita melakukan berbagai kesalahan dulu sebelum akhirnya kita berhasil mengobati kebiasaan mencuri ini dan dengan demikian menemukan rasa saling pengertian dengan anak-anak kita.
Walaupun mencuri merupakan perilaku yang tidak dapat diterima oleh masyarakat, akan tetapi beberapa anak tetap berusaha memuaskan kebutuhannya dengan mencuri. Menurut seorang ahli, ternyata anak-anak itu dalam alam bawah sadarnya seolah-olah mempunyai anggapan bahwa mencuri itu perbuatan yang bisa diterima. Dan anggapan ini sen-diri bisa berasal dari teman-teman mereka, orang tua atau masyarakat sekelilingnya.
Meski tampaknya orang tua tegas di rumah, namun ada-ada saja di antara anak yang suka mencuri, apakah itu barang orang lain, atau barang milik anggota keluarga. Untuk itulah perlu satu cara pendekatan yang manis dan akrab untuk mengubah sifat anak yang suka mencuri itu. Dan bila ternyata cara yang akrab itu tidak dicapai, maka buyarlah harapan-harapan anak, dan orang tua bertindak kasar serta mematahkan jiwa anak.
Sebenarnya, perbuatan mencuri yang dilakukan anak-anak balita bukanlah tingkah laku yang menyimpang. Tetapi bila orang tua tidak menanganinya dengan benar, tingkah laku yang tidak berbahaya itu dapat mengarah menjadi perbuatan yang berakibat lebih jauh.
Mencuri di kalangan anak-anak balita sering terjadi. Ini disebabkan karena mereka belum mempunyai konsep kemilikan. Anak-anak belum mempunyai batas yang tegas antara milik sendiri dan milik orang lain. Bila mereka melihat sesuatu yang disukainya, mereka akan mengam-bilnya. Bagi mereka seolah berlaku prinsip: “Aku lihat, aku suka, aku mau, aku ambil.
Jadi hendaknya jangan dilupakan, bahwa bagi anak kecil penger-tian seperti kemilikan atau hak milik adalah sesuatu yang samar-samar. Misalnya saja, pada usia tiga tahunan lebih anak mulai menggunakan kata-kata “.. .ku” atau “.. .mu” dan itu pun mungkin masih dua-tiga tahun lagi digunakan, sedangkan maksudnya tetap masih belum jelas.
Sehubungan dengan kesulitan bawaan dalam hal menghargai apa yang jadi “milik” mereka dan yang bukan, maka dalam keluarga yang baik-baik anak-anak mendapat kesempatn cukup leluasa untuk melihat, berbagi dan menggunakan bahan atau benda-benda dalam rumah, namun sekaligus diberi bimbingan untuk mengetahui apa yang tidak boleh mereka pakai karena barang tertentu adalah kepunyaan ayah, ibu atau adik kecil, dan hak si pemilik atas barang itu hams selalu dihor-mati. Kemudian, hak milik anak itu sendiri seharusnya juga dihormati, sehingga dari pengalaman tangan pertama ini anak tahu akan batas-batas antara hak milik dan sanksi-sanksi pelindungnya.
Mencuri pada dasarnya selalu menyangkut pihak lain dalam arti tidak menguntungkan. Jelas di sini bahwa ada pihak ketiga yang tidak ada sangkut pautnya dengan persoalan anak, yang justru menderita akibat perbuatan anak tersebut. Bahkan dapat dikatakan bahwa pihak ketiga ini menjadi korban dari persoalan yang disebabkan oleh pihak-pihak lain yang sama sekali tidak ada hubungannya. Karena pencurian merupakan perbuatan yang sering ingin ditutupi oleh orang tua agar tidak merusak nama baik keluarga, maka persoalan yang telah menjadi pangkal sebab perbuatan tersebut juga telah ditutup saja, sehingga akan menambah jumlah korban yang tidak tahu-menahu mengenai adanya persoalan tersebut.
Karena anak-anak yang mencuri sering kali menimbulkan masalah dalam keluarga, maka dalam situasi seperti ini orang tua mudah dimanipulasi oleh anak. Kalau anak sampai mengadu domba antara orang tua yang satu dengan orang tua yang lain, dengan sendirinya hal ini dapat membahayakan hubungan antara anggota keluarga dan juga mempersulit penyelesaian masalah itu.
Namun meskipun demikian, dalam mempersoalkan perbuatan ini dalam hubungan anak-anak kecil, kita harus bersikap hati-hati dengan ucapan kita sendiri. Kita sebaiknya menghindari penggunaan kata”men-curi” dan “pencuri” terhadap anak kecil. Anak kecil umumnya belum menyadari bahwa memperoleh sesuatu dengan cara mengambilnya dari orang lain, berarti bahwa orang lain itu kehilangan benda atau barang yang telah diambilnya. Anak kecil belum mengerti bahwa dengan mengambil benda yang dinginkan tanpa izin si pemilik, ia melanggar hak milik teman tersebut dan akan merugikan si teman itu.
Memang, kemungkinan bahwa gejala mencuri hinggap karena pengaruh-pengaruh yang kurang baik sebagai akibat pergaulan yang tak terbatas. Namun sebenarnya persoalan terletak pada cara memberi pen-didikan pada anak itu sendiri. Si anak tidak akan mudah terpengaruh demikian saja oleh teman-temannya, bila dia diberi modal jiwa yang kuat dan pengertian yang baik.
Guna mencegah dan mengatasi masalah mencuri pada anak-anak, beberapa petunjuk di bawah ini barangkali bisa dijadikan pedoman.
1.Jangan memancing si anak untuk mencuri, misalnya meletakkan
uang di atas meja.
2.Tunjukkanlah kepada anak, bahwa kita mencintainya, juga
pada waktu ia mencuri. Katakanlah bahwa mencuri membuat perasaan
korban tidak senang. la pun tentu akan mengalami perasaan yang sama
bila ada orang lain mencuri miliknya.
3.Tanamkan sistem benar dan salah di rumah kita. Jika seorang
anak mencuri barang anak lain, katakanlah kepadanya agar ia mengem-
balikannya.
4.Tunjukkan kepada anak bahwa ia diperlukan dan dihargai.
Anak yang merasa dihargai tidak akan mencuri.
5.Jika anak ingin membeli sesuatu, percayailah, berilah dia uang
dan biarkan ia membelinya sendiri.
Sumber buku Komunikasi Orang Tua dan Anak Karya Alex Sobur

Tidak ada komentar: