Selasa, 26 Mei 2009

MAKALAH PERKEMBANGAN EMOSI BAYI

PENDAHULUAN

Pada waktu lahir, emosi tampak dalam bentuk sederhana. Dengan bertambahnya usia, berbagai reaksi emosional menjadi kurang tersebar, kurang acak dan lebih terbedakan, dan reaksi emosional dapat ditimbulkan oleh berbagai macam rangsangan.
Emosi anak dapat dibedakan menjadi empat golongan, yaitu perkembangan anak pada usia 0 – 15 bulan, perkembangan anak usia 16-36 bulan, perkembangan anak usia 36 bulan hingga 6 tahun dan golongan yang terakhir adalah perkembangan anak usia 7-14 tahun.
Setiap aspek dalam tahap perkembangan bayi kecil Anda pasti amat menarik untuk diperhatikan. Entah itu saat dia mulai bisa tersenyum, tertawa, merangkak, duduk, berdiri, berespon ketika diajak bicara, ataupun menunjukkan kemampuan lain yang sesuai dengan tahapan perkembangannya. Tentunya, Anda pun ingin menjadi ?saksi pertama? atas seluruh kebisaannya itu.
Salah satu perbedaan yang terpenting dalam reaksi emosional meliputi dominasi emosi yang menyenangkan. Beberapa bayi mengalami lebih banyak emosi senang dari pada tidak senang, sedangkan bayi lain mengalami sebaliknya, bergantung terutama pada kondisi fisik dan kondisi-kondisi dalam lingkungan.
Untuk itu penulis mencoba menjelaskan dalam makalah ini tentang perkembangan emosi pada masa bayi. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, dan untuk menjadikan makalah ini lebih baik lagi penulis mengharapkan saran dan kritikan dari pembaca semua, guna untuk masukan dan wejangan serta inspirasi bagi penulis untuk pembuatan makalah selanjutnya.
Untuk itu penulis mencoba menjelaskan dalam makalah ini tentang perkembangan emosi pada masa bayi. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, dan untuk menjadikan makalah ini lebih baik lagi penulis mengharapkan saran dan kritikan dari pembaca semua, guna untuk masukan dan wejangan serta inspirasi bagi penulis untuk pembuatan makalah selanjutnya.


PEMBAHASAN
PERKEMBANGAN EMOSI BAYI
Jangan salah, bayi pun bisa menunjukkan emosinya. Entah yang baik maupun tidak. Asalkan ditangani dengan baik, reaksi emosi yang jelek tak bakalan menetap hingga besar.
Sering, kan, melihat bayi menangis kala ia lapar. Sebelum diberikan susu, ia tak akan berhenti menangis, bahkan tambah keras. Tapi bila kebutuhannya segera dipenuhi, akan berhenti tangisnya.
Nah, menangis pada bayi, selain sebagai salah satu bentuk komunikasi prabicara untuk memberitahukan kebutuhan/keinginannya, juga untuk menunjukkan reaksi emosinya terhadap suatu keadaan yang tak menyenangkan. Reaksi emosi bayi yang demikian, menurut Dra. Dewi Mariana Thaib, sebetulnya masih wajar, karena si bayi bereaksi terhadap suatu keadaan yang tak menyenangkan, yaitu lapar. “Hanya saja, kalau reaksinya berlebihan, semisal menangis terus, meski sudah diberikan susu, berarti ada sesuatu pada dirinya. Apakah dia sakit atau ada suatu kelainan pada sarafnya,” terang psikolog dari RS Bunda, Jakarta ini.
Sangat penting bagi orang tua untuk mengetahui dan mengenal reaksi emosi bayinya. Sebab, reaksi emosinya ini akan berpengaruh pula nantinya pada kehidupan si anak, terutama pada penyesuaian pribadi dan sosialnya. “Di usia satu tahun pertama ini, bayi sedang beradaptasi dengan udara, makanan, dan lingkungan sekitarnya. Di usia ini pulalah emosinya mulai berkembang.” Itulah mengapa, orang tua harus memperhatikan betul kebutuhan fisik dan mentalnya, sampai sekecil apa pun. (http://keluargasehat.wordpress.com/2009/04/13)

A. Perkembangan Emosi Awal (bayi 0-15 bulan)
Terdapat dua ciri khusus dari emosi anak pada masa bayi. Pertama, emosi bayi sangat berbeda dengan emosi remaja dan orang dewasa, dan kadang-kadang dari anak-anak yang lebih tua. Emosi bayi misalnya, disertai oleh reaksi perilaku yang terlampau hebat bagi rangsangan yang menimbulkannya, terutama dalam hal marah dan takut. Emosi-emosi itu singkat saja tetapi kuat; sering muncul tetapi bersifat sementara dan berubah menjadi emosi lain kalau perhatian bayi dialihkan.
Kedua, emosi lebih mudah dibiasakan pada masa bayi dibandingkan pada periode-periode lain. Ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan intelektual bayi sehingga mereka mudah dan cepat bereaksi terhadap rangsangan yang pada waktu lalu membangkitkan reaksi emosional. (http://wangmuba.com /2009/04/13)
Perbedaan-pernedaan dalam reaksi emosi mulai tampak dalam masa bayi dan dipengaruhi oleh sejumlah factor, terutama kondisi-kondisi fisik dan mental bayi pada saat munculnya rangsangan dan berhasil tidaknya memenuhi kebutuhannya. Apabila bayi pada waktu lalu, dihukum karena menarik, menggigit, merobek sesuatu, ia akan memuaskan rasa ingin tahunya dengan pendekatan tangan, hanya melihat benda dan menyentuhnya.
Salah satu perbedaan terpenting dalam raeksi emosional meliputi dominasi emosi menyenangkan atau tidak menyenangkan. Beberapa bayi mengalami lebih banyak emosi senang daripada tidak senang, sedangkan bayi lain menagalami sebaliknya, tergantung terutama pada kondisi fisik dan kondisi-kondisi dalam lingkungan. Pada semua usia kuatnya emosi senang merupakan jaminan utnuk penyesuaian yang lebih baik daripada kuatnya emosi tidak senang. Terlebih pada masa bayi. Bayi yang mengalami banyak emosi senang melekatkan dasar-dasar utnuk penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial yang baik dan untuk pola-pola perilaku yang akan menimbulkan kebahagiaan. (Elizabeth B. Hurlock dalam bukunya Psikologi Perkembangan)
Emosi asas (positif dan negatif) berkembang secara ‘gradual’ terutama dalam waktu enam bulan pertama dan selalu ditunjukkan melalui mimik muka dan ‘eye contact’. Pola emosional yang lazim pada bayi antara lain: (http://wangmuba.com /2009/04/13)
a. Gembira/senang
Ditunjukkan dengan mimik muka : senyum, pipi terangkat, mata berbentuk bulan sabit. Kegembiraan dirangsang oleh kesenangan fisik, pada bulan kedua atau ketiga, bayi bereaksi pada orang yang mengajaknya bercanda, menggelitik, mengamati, dan memperhatikannya. Mereka mengungkapkan rasa senangnya dengan tersenyum, tertawa, dan menggerakkan lengan serta kakinya. Bila rasa senang besar, bayi berdekut, berdeguk, atau bahkan berteriak dengan gembira, dan semua gerakn tubuhnya menjadi semakin intensif.
b. Afeksi
Setiap orang yang mengajak bayi bermain, mengurus kebutuhan jasmaninya, atau memperlihatkan afeksi akan merupakan perangsang untuk afeksi mereka. Kemudian, mainan dan hewan kesayangan keluarga mungkin juga menjadi objek cinta bagi mereka. Umumnya bayi mengungkapkan afeksinya dengan memeluk, menepuk, dan mencium barang atau orang yang dicintainya.
c. Minat atau rasa ingin tahu
Setiap permainan atau barang baru dan tidak biasa adalah perangsang untuk keingintahuannya, kecuali jika hal yang baru tersebut begitu tegas, sehingga menimbulkan ketakutan. Bila rasa takut berkurang, ia akan menggantikannya dengan rasa ingin tahu. Bayi mudah mengungkapkan keingintahuannya melalui ekspresi wajah-menegangkan otot muka, membuka mulut, dan menjulurkan lidah. Kemudian bayi akan menangkap barang yang membangkitkan rasa ingin tahunya tersebut, dengan memegang, membolak-balikkan, melempar, atau ,memasukkannya kedalam mulut.
d. Marah
Perangsang yang lazim membangkitkan kemarahan bayi adalah campur tangan terhadap gerakan-gerakan mencoba-cobanya, menghalangi keinginannya, tidka mengizinkan mengerti sendiri dan tidak memperkenankan melakukan apa yang bayi inginkan. Tanggapan marah mengambil bentuk menjerit, meronta-ronta, menendangkan kaki, mengibaskan tangan, dan memukul atau menendang apa saja yang ada didekatnya. Pada tahun kedua bayi dapat juga melonjak-lonjak, berguling-guling, dan menahan nafas.
e. Ketakutan
Perangsang yang paling mungkin membangkitkan ketakutan bayi adalah suara keras, orang, barang, situasi asing. Perangsang yang terjadi tiba-tiaba atau tidak terduga. Tanggapan rasa takut yang lazim pad abayi terdiri dari upaya menjauhkan diri dari perangsang yang menakutkan dengan merengek, menangis, dan menahan nafas.
Bayi antara 3 - 8 minggu sudah bisa tersenyum, perkembangan awal emosi positif Bayi 12- 20 minggu antara lain sebagai berikut:
a. Senyum pada wajah dan suara yang dikenali; senyum bila merasakan lingkungan sekitar dapat ‘dikuasai’, awal tersenyum..
b. Enam bulan pertama bayi masih belum mempunyai rasa sayang/ kasih pada sesuatu/seseorang.
c. Perasaan sayang mulai terbentuk ketika usia antara 7 hingga 9 bulan - melalui hubungan ikatan kasih sayang, sentuhan, belaian dengan orang yang paling mirip seperti ibu dan ayah, menunjukkan rasa tidak senang/takut dengan kehadiran ‘orang asing’.

B. Memahami Tahapan Perkembangan Sosial-Emosi Bayi
Walaupun setiap bayi memiliki keunikannya sendiri, namun pada umumnya, setiap bayi memiliki tahapan perkembangan emosi yang dapat diprediksi polanya. Diantaranya:(http://keluargasehat.wordpress.com /2009/04/12)
a. 0-3 bulan
Karena pada 3 bulan pertama ini bayi sepenuhnya bergantung pada Anda, maka kebutuhannya untuk mengatasi perasaan negatif yang dialaminya, seperti stres, takut, frustrasi dan lain sebagainya juga sepenuhnya berada pada tangan Anda. Pada saat ini, yang terpenting baginya adalah merasakan bahwa orangtuanya selalu ada untuknya, setiap kali ia membutuhkan. Dengan begitu, kepercayaannya terhadap Anda pun mulai terbentuk. Rene Brummage, pakar perkembangan anak mengatakan, ?Lingkungan anak memegang peranan yang penting dalam membentuk kepribadiannya. Lingkungan yang penuh kasih sayang akan mendorongnya memiliki emosi yang stabil. Sebaliknya, lingkungan yang penuh dengan tekanan akan membuatnya tumbuh dalam ketakutan.?
b. 3-6 bulan
Pada masa ini, bagian otak bayi yang membantunya mengatasi dan mengontrol emosi mulai tumbuh. Dia pun menikmati interaksi dengan orang lain dan menunjukkan minat yang sangat besar dalam melihat wajah orang lain. Para ahli meyakini, ekspresi dan aneka simbol yang ditunjukkan oleh wajah tak hanya dapat membantunya membangun hubungan dengan dunia tetapi juga dapat menolongnya membangun ikatan emosi yang kuat dengan orang-orang yang menyayanginya, terutama Anda orangtuanya. Dari setiap respon yang diberikan orang-orang dewasa di sekitarnya, ia belajar bahwa senyuman, tangisan, dan hal-hal lain yang dilakukannya dapat memberinya respon emosional balik.
c. 6-9 Bulan
Hillary Kruger MD, pakar perkembangan dan perilaku anak menambahkan, bayi pada periode ini sudah dapat mengetahui jika orangtuanya meninggalkan ruangan lalu kemudian mencarinya. Ketakutan dan ketidaksukaannya terhadap orang asing pung semakin kuat ditunjukkan (stranger anxiety), misalnya dengan menangis atau dengan berlindung pada Anda. Mereka juga sudah mulai menunjukkan penolakan terhadap sesuatu hal yang tidak disukai. Saat terbangun di malam hari, beberapa bayi pada usia ini berusaha mengatasi ketidaknyamanannya dengan memegang atau menggigit mainan yang disukai atau bahkan jarinya sendiri. Menginjak usia 8 bulan ke atas, bayi Anda mulai menyukai permaian petak umpet. Sembunyikanlah mainan kesukaannya di bawah selimut, dan lihatlah bagaimana ia berusaha untuk menemukannya.
d. 9-12 Bulan
Hillary mengatakan, mendekati usia satu tahun anak mulai menikmati permainan yang bersifat resiprokal (berbalasan), seperti menggelindingkan dan menangkap kembali bola. Sejalan dengan pertumbuhan fisiknya yang memungkinkan dia untuk bergerak lebih bebas ke sana-ke mari, ketertarikannya pun tumbuh semakin besar untuk mengeksplorasi dunia sekitarnya. Menurut Hillary, hal itu biasanya ditunjukkannya dengan menunjuk suatu objek yang menarik agar orangtuanya pun ikut memberikan fokus dan perhatiannya.

C. CARA MENGHADAPI BAYI YANG EMOSIONAL
Menangani bayi yang memiliki karakter sulit memang perlu kesabaran ekstra. Ada beberapa trik untuk menghadapinya. Namun pada intinya cara-cara ini adalah untuk memenuhi kebutuhan emosinya, kenyamanan dan keamanannya. (http://menantibuahhati.multiply.com /2009/04/13)
a. Berikan pelukan dan belaian sayang.
Namun, cermati dulu penyebab tangis sang bayi. Bila ia menangis lantaran popoknya yang basah, ia tentu tidak perlu pelukan. Yang ia butuhkan adalah kita mengganti popok basah tersebut dengan popok kering. Nah, bila ia menangis lantaran bosan atau mengantuk, pelukan dan belaian sayang mampu menimbulkan rasa aman dan nyaman padanya. Dengan kata lain, pelukan dan belaian memang dibutuhkan bayi.
b. Lebih peka akan kebutuhan bayi.
Orangtua hendaknya lebih peka akan kebutuhan bayi. Perhatian yang tulus dan pemahaman kita akan kebutuhan bayi, akan mampu mengendalikan emosi bayi agar tidak berlebihan. Bila kebutuhannya telah terpenuhi, niscaya bayi akan menjadi lebih tenang.


c. Mengalihkan perhatian.
Ketika bayi sedang meledak-ledak emosinya, cobalah untuk mengalihkan perhatian. Umpama, dengan mengajaknya melakukan aktivitas yang dapat menarik perhatiannya, mengajak bayi bermain umumnya akan berhasil merebut perhatiannya. Bila emosinya sudah mereda, berikan pelukan sayang yang menenangkan hatinya.
d. Bermain cermin.
Permainan ini dapat dikenalkan pada bayi usia 6 bulan ke atas. Melalui permainan ini bayi dapat mengenal beragam emosi. Seperti tertawa, menangis, marah, dan lainnya. Perlihatkan beragam mimik tersebut padanya dan sampaikan bahwa ia tak perlu berteriak-teriak atau menangis dengan meronta-ronta (tunjukkan wajah yang tengah seperti orang menangis kejer) karena itu tidak baik.
e. Membaca buku atau mendongeng.
Melalui dongeng, setidaknya kita dapat menyampaikan pesan moral yang dapat terekam dalam memorinya. Pilihkan tema tentang perilaku yang baik dan tidak baik. Contoh, si Srigala yang suka berteriak-teriak sehingga dijauhi teman-temannya.


PENUTUP
A. Kesimpulan
Sangat penting bagi orang tua untuk mengetahui dan mengenal reaksi emosi bayinya. Sebab, reaksi emosinya ini akan berpengaruh pula nantinya pada kehidupan si anak, terutama pada penyesuaian pribadi dan sosialnya. “Di usia satu tahun pertama ini, bayi sedang beradaptasi dengan udara, makanan, dan lingkungan sekitarnya.
Reaksi emosional bayi berbeda terhadap beberapa rangsangan tertentu yang berlainan, bergantung sebagian besar pada pengalaman lalunya, Perbedaan-perbedaan dalam reaksi emosi mulai tampak dalam masa bayi dan dipengaruhi oleh sejumlah faktor, terutama kondisi-kondisi fisik dan mental bayi pada saat munculnya rangsangan dan berhasil tidaknya rekasi yang prnah diberikan sebelumnya dalam memenuhi kebutuhannya.
Memahami Tahapan Perkembangan Sosial-Emosi Bayi
a. 0-3 bulan
b. 3-6 bulan
c. 6-9 Bulan
d. 9-12 Bulan
Cara Menghadapi Bayi Yang Emosional
a. Berikan pelukan dan belaian sayang.
b. Lebih peka akan kebutuhan bayi.
c. Mengalihkan perhatian.
d. Bermain cermin.
e. Membaca buku atau mendongeng.

B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, dan untuk menjadikan makalah ini lebih baik lagi sebelumnya, penulis mengharapkan saran dan kritikan dari pembaca semua, guna untuk masukan dan wejangan serta inspirasi bagi penulis untuk pembuatan makalah selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan), Penerbit Erlangga; Jakarta, 1980
http://keluargasehat.wordpress.com /2009/04/13/perkembangan-emosi-bayi
http://wangmuba.com /2009/04/12/perkembangan-emosi-anak/
http://keluargasehat.wordpress.com /2009/04/13/emosi-bayi
http://menantibuahhati.multiply.com /2009/04/13/ cara-cara menghadapi bayi emosional

Tidak ada komentar: